Senin, 19 September 2011

Rindu Sekolah - My Story

SEKOLAH TERCINTA - SMANTIG SOPPENG
Assalamu Alaikum wr.wb.

Hari ini, kembali saya teringat dengan sebuah kenangan. Kenangan yang merupakan sebuah memori indah dalam perjalanan kehidupanku. Dalam prosesku mencari jati diri. Yaa.., kenangan saat sekolah SMA tahun 2002-2005 silam.

Malam ini di tengah sibuknya penduduk kota dengan aktifitas mereka masing-masing, di tengah ramainya lalu lintas di alun-alun kota Soppeng saya mencoba untuk meluangkan waktu dengan sebuah catatan tentang kenangan bersama mereka (teman terbaik) yang menjadi sahabat dalam menuntut ilmu 3 tahun lamanya di sekolah kami tercinta SMA Negeri Watansoppeng.

Sore tadi saya menyempatkan diri untuk jalan-jalan di sekolah. Bukan tanpa alasan dan tujuan sih. Saya bermaksud memasang sebuah iklan di MADING sekolah tentang sebuah ajakan adik-adik (pelajar) di sekolah untuk mewujudkan prestasi mereka di bidang olahraga khususnya beladiri karate.

Di sekolah tadi tidak satupun orang yang saya temui saat memasang iklan itu. Jadi, saya menyempatkan diri untuk menjajaki semua ruangan kelas saat sekolah dulu. Saat melihat semua bangunan yang ada di sekolah, membuat saya bangga dengan peningkatan yang terjadi dengan sekolah ini. Luar biasa, ada banyak sekali bangunan/gedung tambahan sebagai tempat baru untuk belajar para siswa. Yang mana dulu tidak sebanyak ini bangunannya. Bangga dengan peningkatan yang terjadi di sekolah membuat saya rindu akan sekolah, ingin kembali duduk di salah satu ruangan kelasnya dan mengikuti pelajaran seperti dulu. Namun, semua sudah berlalu. Untuk kembali di masa itu, hanya ingatan yang dapat membawaku ke sana dan melalui catatan ini saya ingin terus mengingatnya dan berusaha untuk menghidupkan suasana itu.

Kenangan itu bermula pada saat duduk di bangku kelas 1 SMA. Keluguan kami (para siswa) yang baru saja tamat sekolah (SMP) membuat perkenalan di antara kami masih terbilang kaku. Semua masih beradaptasi. Namun karena di sekolah itu ada beberapa teman yang juga teman sekolah waktu SD dan SMP kemarin sehingga tidak sepenuhnya kami menjadi orang baru diantara teman-teman lainnya.
Masa Orientasi Siswa (MOS) adalah masa pengenalan antara sesama siswa baru dan para kakak kelas (biasanya disebut senior). Dalam masa itu kami saling kenal satu sama lain.
Tidak salah kata-kata Obbie Messakh dalam lirik lagunya, "tiada masa paling indah, masa-masa di sekolah". Memang indah saat sekolah itu, apalagi jika kita mengalami sebuah ikatan kebersamaan dalam sebuah persahabatan dengan teman-teman seperjuangan dulu yang bisa eksis hingga saat ini dan kapanpun. Bagi saya itulah saat terindah dalam sebuah masa, tak terkecuali masa sekolah. Hanya saja waktu SMA dulu saya tidak sempat mengalami yang namanya pacaran (cinta monyet kata orang). Hehehe...(jadi malu). Tapi hal itu tidak lalu membuat saya merasa minder atau malu untuk bergaul. Justru hal itu menjadi semangat tersendiri bagi saya untuk bergaul seluas-luasnya (positif) dengan teman-teman sekolah tanpa ada perasaan dibatasi oleh suatu hubungan. Banyak diantara teman-teman yang mengalami hal itu. Waktu untuk bergaul dengan teman pada saat istirahat belajar di sekolah menjadi berkurang bahkan hilang karena waktu itu diisi dengan pacaran. Meski sebenarnya ada (beberapa) di antara teman sekolah (perempuan) yang menjadi idaman dalam hati saya saat sekolah dulu. Hanya karena kurangnya keberanian saat itu membuat saya malu untuk menyatakan perasaanku. Sekarang dia sudah menikah dan memiliki seorang anak. Toh sayapun juga pernah punya perasaan cinta saat SMA dulu. Itu juga indah bagi saya, namun menjadi tidak lengkap karena tidak terkatakan.

Menjajaki gedung demi gedung, tiap ruangan kelas hingga tiba pada sebuah ruangan kelas saat saya duduk di bangku kelas 2 SMA dulu. Terhenti sejenak di depan kelas, lalu melihat diri (remember) saya  dulu yang delapan tahun lalu pernah berada di dalam ruangan kelas itu. Oh Tuhan..indahnya saat itu, saat belajar bersama teman, bercanda dengan mereka, bertengkar (non fisik) dengan mereka, dan banyak lagi yang kami lakukan saat itu. Bahkan pernah satu waktu saya menjaili teman saya yang sedang sibuk belajar hingga membuatnya jengkel dan memukul saya. Hahaha....tindakan teman saat itu memang pantas dan wajar untuk diri ini yang kecil dan usil. Yaa..sebagai pelajaranlah. Setelah kejadian itu, hari-hari kami lalui dalam keadaan saling diam satu sama lain. Mungkin karena masih labil saat itu dan semua merasa dirinya benar. Hingga dia pindah sekolah, kami tidak saling bicara. Namun, kejadian itu membuat saya belajar akan arti dari "jangan berlebihan" dan saya menjadikannya warning agar tidak terulang kembali dalam menjalin hubungan pertemanan pada saat kuliah kemarin. Keusialan saya memang berlebihan saat itu. Terima kasih sobat atas pelajarannya.

Beralih ke ruangan "kelas" saya yang lain, yakni LAB. FISIKA (lho, kok bilangnya kelas?). Yaa..., memang saat sekolah dulu bangunan sekolah masih sedikit sehingga mengharuskan pihak sekolah untuk menggunakan ruangan LAB. FISIKA sebagai ruangan kelas 3 IPS 2 agar PBM (Proses Belajar Mengajar) bisa berlangsung. Bersama kurang lebih 40 teman saya menjalani pendidikan di kelas itu dengan jurusan/konsentrasi Ilmu Pengetahuan Sosial. Beda kelas, jurusan, dan teman tentu menciptakan suatu kenangan yang lain dari kelas 2 sebelumnya. Wali kelas kami saat itu adalah Ibu Martati, seorang wanita paruh baya yang terkesan sederhana dalam berpenampilan, ramah dalam berbicara, santai dalam memberi pelajaran serta mudah. Mudah gimana maksudnya? Kenapa tidak ada penjelasan? Yaa...beliau mudah, mudah dalam hal memberi cubitan kepada muridnya yang suka main-main saat belajar di kelas, telat masuk kelas, dst. Cubitannya sih tidak sakit, karena memang hanya sebagai pelajaran untuk murid-muridnya. Cubitan itu tidak untuk semua orang (siswa), hanya mereka yang dekat dengan ibu, dalam artian akrab dengan ibu dalam hal pelajaran, juga dalam hal bercanda.
Cubitan spesial dong namanya, hehehe...., heran.. [?]
 
Hari demi hari berlalu, tanpa terasa kami berada di penghujung waktu. Ujian Nasional sudah di depan mata dengan standar nilai kelulusan saat itu 4,25. Masih terbilang rendah bila dibandingkan dengan saat ini yang sudah mencapai nilai 6 (hanya menebak). Proses belajar yang dijalani selama 3 tahun lamanya akan diuji sejauhmana pemahaman kami (para siswa) dengan 3 hari pelaksanaan UJIAN NASIONAL. Sistem Ujian Nasional yang menitikberatkan penilaian hasil ujian keseluruhan di pusat, dinilai para guru, siswa dan orang tua murid sangat merugikan. Alasannya sederhana, kami tidak setuju jika seratus persen penilaian diserahkan pada pemerintah pusat tanpa meminta pertimbangan dari pihak sekolah mengenai penilaian keseharian terhadap semua siswanya. Dengan begitu, penilaian hanya berpangkal pada hasil Ujian Nasional siswa semata. Persoalan penilaian hasil UN itu memang wajib dijadikan pokok penilaian para siswa lulus atau tidak, namun bukan berarti itulah yang utama. Sebaiknya, selain hasil UN yang menjadi penilaian, perlu diperhatikan juga bagaimana penilaian dari sekolah terhadap setiap muridnya dalam hal kepribadian siswa. Karena toh pihak sekolah-lah yang lebih tahu tentang baik buruk karakter siswanya dalam mengikuti pelajaran di sekolah. Jangan menyepelekan kondisi keseharian siswa di sekolah, karena tidak semua siswa baik budi pekertinya, rajin belajar, rajin masuk sekolah dan segala hal positif yang dilakukan siswa selama sekolah. Ada diantara mereka yang kurang baik bahkan mungkin buruk budi pekertinya, malas belajar, suka membolos pada jam pelajaran dan segala hal ngatif yang dilakukan selama di sekolah. Suatu hal yang ironi dan menyedihkan ketika seorang siswa yang baik karakternya di sekolah menjadi tidak lulus hanya karena nilai ujian nasionalnya rendah/tidak mencukupi. Sedangkan mereka yang buruk karakternya malah lulus karena nilai ujian nasionalnya cukup atau tinggi yang mungkin saja hasil contekan, baik dari buku, teman, atau seorang joki yang memberinya bocoran kunci jawaban soal.
Hal ini memang terjadi saat saya sekolah dulu, di mana seorang teman yang karakternya baik selama di sekolah, namun karena nilainya tidak mencukupi sehingga dia harus menanggung malu dengan status "tidak lulus", sementara mereka yang karakternya kurang baik berhasil lulus. Menyedihkan.

Bicara tentang Ujian Nasional juga mengingatkan saya akan sebuah kenangan lucu, unik, dan menarik. Yaa..menarik perhatian memang karena suaranya kedengaran sampai di meja pengawas waktu itu. Awalnya saya pikir gak sebesar itu suaranya, ternyata setelah lepas suaranya gede ternyata, hehe.. Padahal usaha demi usaha saya lancarkan untuk menahan tembakan itu, tapi akhirnya lolos juga. Alhasil, pengawas yang juga guru ekonomi di sekolah itu  tercengang kaget plus bingung mendengar suara itu (ekspresi mukanya penasaran sambil mencari-cari). Saya sendiri mulai salah tingkah ketika teman-teman dalam ruangan ujian menoleh ke belakang untuk mencari sumber suara itu. 
Btw, penasaran yaa..suara apa itu. Jawab gak yaa..? Mmm...suara itu..., suara itu..., suara "kentut", hihihihi...(sambil senyum dan malu menulis catatan ini).
Syukurlah waktu itu, tidak ada yang tahu pasti siapa pelakunya, kecuali seorang teman yang duduk dekat dengan saya. Sambil tertawa, teman itu berkata "ayo..ayo...kentuut yaa..?", wah saya jadi malu waktu itu karena suara teman lumayan gede saat menegur saya. Untungnya tidak ada yang peduli, mungkin karena sibuk dengan soal ujian yang rumit. Dan mungkin juga karena rumitnya soal ujian waktu itu, berimbas pada terjadinya "penembakan" oleh saya, hihihi..... 
Saya masih ingat kata dari bapak pengawas itu sesaat setelah kejadian (kayak peristiwa hukum ya bahasanya). Beliau berkata "ah..gak apa-apa, sering terjadi"...(jadi malu dengarnya) hehehee....
Tapi, tak apalah. Itu juga bagian dari kenangan masa sekolah yang tak terlupakan, takkan kembali, dan takkan terganti.

Begitu banyak sebenarnya kenangan masa sekolah dulu yang sangat indah untuk dikenang dan sayang untuk dilupakan namun tidak untuk diurai keseluruhan dalam catatan ini, karena semua sudah tercatat dalam lembaran sejarah perjalanan hidupku.

Reuni kemarin adalah saat di mana para alumni melepas kerinduan dengan teman-teman sekolah dulu, begitu juga dengan sekolah tempat kami menimbah ilmu. Harapan saya, reuni kali ini banyak teman-teman seangkatan yang hadir di acara reuni. Ternyata "banyak". Yaa..."banyak" yang datang, tapi tidak hadir alias "bolos". Mungkin mereka teringat dengan kebiasaan saat sekolah dulu yang gemar "bolos". Padahal butuh beberapa langkah menuju tempat diadakannya reuni, tapi mereka tidak melakukannya. Saya berusaha mengajaknya untuk masuk ke dalam, tapi tidak berhasil. Mereka tertahan di pintu gerbang sekolah, padahala waktu itu pintu gerbang tidak dalam keadaan tertutup. Heran saya... [?]. Saya melihat beberapa teman yang menahan diri di pintu gerbang, sebagian besar masih menyimpan sifat gengsi persis pada saat sekolah dulu. Dengan berbagai alasan mereka bertahan pada pendapatnya yang tidak logis.

But, terserahlah. Kalian sudah dewasa dari segi usia, mungkin belum dalam hal pemikiran atau mungkin juga tertahan pemikirannya waktu itu. Entahlah. Saya tidak menobatkan diri saya sebagai orang yang telah dewasa atau matang mentalnya segala macam, tapi saya belajar kawan. Saya belajar untuk mengikuti alur yang dilalui mereka yang meraih sukses. Saya hanya bertindak sewajarnya. Yaa.., "sewajarnya", maksudnya bila saya berada dalam sebuah acara yang mana kita adalah undangan, masa iyya kita tidak masuk ke tempat acara dilaksanakan. Kan salah namanya kawan. Hmmm....


Reuni yang berlangsung selama kurang lebih 3 jam lamanya dihadiri oleh Bapak Kepala Sekolah SMANTIG, Pak Harmidong dan beberapa guru-guru kami lainnya. Banyaknya alumni yang hadir, baik yang senior apalagi adik angkatan semakin menguatkan pendapat bahwa kita (angkatan 2002) semakin tua. Hehehe.... Tapi persoalan tua atau tidak, kita tetap harus eksis dalam menjaga solidaritas kita sebagai teman/sahabat yang sama-sama berjuang, sama-sama nakalnya, sama-sama dalam suka dan duka, tapi tidak sama gantengnya yaa...?? hihihihi....

Senang mengenal dan menjadi bagian dalam hidup kalian sahabat-sahabat terbaikku!
NB : Buat teman-teman yang tidak ada dalam foto ini, maaf ya.., bukan sengaja tidak mengajak kalian berfoto, tapi karena kalian pulangnya lebih awal. Sementara ada diantara teman yang ada di sekitar sekolah tapi tidak berminat untuk ikut berfoto. Mungkin karena masih eksis juga dengan sifat gengsi mereka seperti saat sekolah dulu atau kemungkinan besarnya mereka minder berfoto dengan kita karena yang di foto ini mirip artis boyband SM*SH, hehehee....
Apalagi yang paling ujung sebelah kanan, pakai kemeja plus sweater biru bertuliskan Australia. Gagahnya bukan main.. hihihihi.... (nambah dikit ya teman)



Gambar ini membuat saya berpikir...
Bahwa walaupun kita akan dipisahkan dari teman-teman kita sekarang,
pada masa yang akan datang Tuhan pasti akan mempertemukan kita dengan beberapa teman-teman lama kita.
Perubahan-perubahan akan membuat kita tertawa dan bernostalgia..
tetapi saya tidak mau menunggu hingga 40 tahun lagi agar bisa bertemu teman-teman lamaku…
Sekarang saja saya sudah kangen sama teman-teman SMU..
Walaupun sepanjang hidup kita akan mendapatkan teman baru,

namun janganlah melupakan teman-teman lama…
karena saat mereka kembali, mereka akan menjadi bagian besar hidup kita.

selamaat berjuang semua teman-temanku.
good luck :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar