Dengan
menggunakan angkutan umum bemor/becak motor (begitu
istilah orang pada umumnya) saya beserta segenap do’a dan harapan agar
sukses melintasi setiap sudut kota makassar pagi itu. Pukul 07.45 wita saya
tiba di Kantor Wilayah BRI Makassar. Masih tersisa 15 menit sebelum interview
dimulai pada pukul 08.00 wita. Dengan begitu, saya bisa memaksimalkan diri
khususnya mentalku sebelum diwawancarai. Perasaan deg-deg-an, gemetar,
grogi/nervous dst. sudah tentu ada, mengingat pengalaman di interview ini
adalah kali pertama dalam hidupku. Namun dengan sebuah keyakinan terhadap-Nya
dan kepercayaan diri tentunya mengantarkan langkahku untuk maju dan yakin bahwa
aku bisa.
Bersama
beberapa teman yang kenal dan akrabnya melalui seleksi ini, saya mempersiapkan
diri di ruang tunggu sebelum tiba giliran nama kami dipanggil untuk di
interview. Yang kami lakukan sederhana saja dalam mempersiapkan diri waktu itu,
hanya dengan rileks alias enjoy sambil membuka obrolan yang sifatnya menghibur
suasana yang cukup menegangkan saat itu. Alhasil dengan obrolan yang lucu dan
menghibur, kami berhasil meredam ketegangan yang masing-masing kami alami. Lamanya
waktu menunggu mengalahkan ide dan cerita lucu kami yang seolah habis terbahas
saat itu. Obrolan habis perutpun mulai keroncongan, yang ada hanyalah kantuk
yang tidak tertahan. Namun syukurlah waktu istirahat pun tiba.
Waktu
terus berjalan, saat istirahat pun berakhir. Hati dan perasaan yang tadinya
turut rehat sejenak dari situasi yang menegangkan, deg-deg-an sekaligus
mengkhawatirkan kini kembali dalam keadaan tersebut. Tapi, sedikit lebih baik
karena kondisi yang tadinya mulai menurun kembali semangat lagi setelah makan
siang bersama teman. Selang beberapa menit setelah rehat, kini tiba gilirannya
bagiku untuk menghadapi para interviewer yang menurut beberapa teman cukup
rumit menjawab pertanyaan yang diajukan. Namun dengan niat yang tulus, disertai
do’a dan harapan, juga bekal ilmu pengetahuan yang saya dapatkan, saya
melangkahkan kaki menuju ruangan interview bersama dua orang teman yang juga
akan di wawancara bersama dengan saya.
Pengalaman
diwawancara langsung oleh pejabat teras di suatu instansi adalah hal yang
pertama dan mengesankan bagiku sekaligus menambah semangatku untuk memperkaya
pengalaman dalam hal mencari pekerjaan. Pertama kali dalam hidupku, pertama
kali dalam perjuangan mencari pekerjaan, dan besar harapanku ketika itu untuk
menjadi yang pertama dan terbaik saat diwawancarai. Setiap pelamar kerja tentu
berharap diterima di tempat kerja yang diinginkan, begitupun dengan diriku yang
sudah cukup lama menawarkan ijazah milikku. Namun terlepas dari semua itu,
diterima atau tidaknya lamaran kerjaku, tidaklah menjadi suatu beban yang
kemudian menyurutkan niatku untuk terus berusaha mendapatkan pekerjaan yang
betul-betul saya butuhkan untuk belajar dan menjadi manusia yang mandiri. Masih
jelas dalam ingatan tentang apa yang diajarkan oleh pewawancara saya sebelumnya
saat tes interview awal bulan lalu. Beliau (Ibu
Sukma) pernah berkata bahwa ketika di interview, ingatlah untuk mengucapkan
salam dan bersopan santun saat diwawancarai. Ceritakan semua kelebihan anda
secara berurutan. Tatap mata pewawancara saat berbicara dengan mereka. Begitu
banyak pesan penting yang disampaikan oleh beliau yang selalu teringat di
pikiranku dan menjadi modal/semangat bagi saya untuk menampilkan kepercayaan
diri yang terbaik di hadapan pewawancara.
Jiwa
ini menjadi begitu besar pada setiap langkah/proses yang kujalani dalam mencari
kerja, semua karena saya telah diajarkan oleh keluarga (tepatnya oleh seorang paman) bahwa apapun hasil yang kau dapatkan,
baik buruknya hal yang kau peroleh jangan mudah menyerah. Sebab dibalik
kegagalan itu, ada banyak pengalaman yang kau perlukan saat memulai langkah
baru dalam hidupmu. Dia juga pernah berkata bahwa, “saat ini pekerjaan tidak mudah didapatkan”. Sebuah kata/kalimat
yang sebenarnya biasa namun jika dipikrikan lebih dalam lagi terdapat pesan
penting di dalamnya bahwa, untuk meraih anak tangga yang paling atas, tentu
harus mulai dari anak tangga yang paling bawah, dan ketika tiba di tingkat
paling tinggi jangan pernah abaikan yang di bawah karena roda kehidupan terus
berputar dan tidak selamanya berada di atas, suatu saat kita akan meulainya
lagi dari bawah. Beliau mengajari saya dan kedua kakak saya dengan teori
seperti itu sebab dahulu sebelum mencapai kesuksesan, iapun mengalami hal yang
sama dan jauh lebih keras perjuangan beliau yang sejak kecil sudah belajar
mandiri.
Selama
kurang lebih 30 menit berada dalam ruangan yang tenang namun menegangkan,
alhamdulillah wawancara selesai. Semua pertanyaan yang diajukan berhasil saya
jawab. Meski sempat grogi awalnya, namun saya yakin bisa menyelesaikan tahapan
ini dengan baik. Kini saatnya berharap dalam penantian akan adanya kabar baik untukku ke depannya, amin.