in
memories...
Kehilangan
sosok seorang Ayah dalam kehidupanku bagaikan hilangnya satu nafas kehidupan
yang selama ini menjadi penyemangat hidupku. Bersama Ibu, beliau telah mendidik
kami dengan penuh kesabaran dan kasih sayang sejak kecil hingga kami (anak-anaknya)
memasuki usia dewasa. Sungguh suatu pemberian yang sangat bernilai dalam
kehidupan kami yang tidak akan pernah bisa terbalas kebaikan mereka meski
dengan nyawa sekalipun. Begitu banyak ilmu dan nilai-nilai kehidupan yang beliau
ajarkan kepada kami (anak-anaknya). Mulai dari pemahaman tentang agama,
adat dan segala hal yang sangat kami butuhkan dalam kehidupan ini.
Masih
segar dalam ingatan saat terakhir beliau bersama kami. Pagi itu di RSU Ajapange
Soppeng, Etta (begitu kami memanggilnya) menjalani masa kritisnya
bersama Ibu dan kakak kedua saya. Sementara saya dan kakak yang pertama sedang
dalam perjalanan dari Makassar menuju Soppeng. Hampir setiap 15 menit selama
kami dalam perjalanan, kami selalu meminta dan menerima informasi dari Ibu dan
saudara yang sedang bersama Etta di RS tentang kondisi terkini Etta. Sama
sekali tidak ada firasat bahwa pada hari itu beliau akan pergi untuk
selama-lamanya. Dan entah kenapa saat mengemudiakan motor, saya melaju dengan
kecepatan tinggi yang beda dari biasanya dan tiba di Soppeng kurang lebih satu
jam lebih cepat. Sebenarnya, ini adalah pertanda bahwa tidak lama lagi Etta
akan pergi meninggalkan kami yang sama sekali tidak kami sadari. Pukul 09.10 wita (kurang
lebih) kami tiba di RS (UGD). Dalam ruangan itu, saya menemui Etta sedang terbaring lemah dengan nafas yang tersengal-sengal. Tatapan matanya yang sayu, seolah ingin
menyampaikan sebuah pesan sebelum kepergiannya untuk selama-lamanya. Badannya
yang kurus kering seolah berkata kepada kami anak-anaknya bahwa kalian semua
sudah dewasa dan harus berusaha sendiri untuk mandiri menjalani kehidupan
masing-masing. Sesekali batuk menyiksa pernapasannya bagai sebuah
pemberitahuan bahwa hidupnya tak lama lagi. Kamipun bergantian memeluknya
sambil membantu beliau untuk melafadzkan ayat-ayat suci Al-Qur'an dan
bersyahadat saat nafasnya tersengal-sengal. Hanya kurang lebih lima belas menit
saja kebersamaan kami di ruang UGD (Unit Gawat Darurat), serangan
jantung membuat Etta pergi selama-lamanya meninggalkan kami. Tangispun pecah
dan tak terbendung lagi di ruangan itu. Tapi, terlepas dari semua itu, saya
merasa bersyukur sekali dapat menatap mata Etta yang sayu sesaat sebelum beliau
meninggal, mengingat perjalanan yang kami tempuh hampir tidak memungkinkan lagi
untuk sampai di RS saat Etta masih hidup. Alhamdulillah ALLAH berkehendak untuk
mempertemukan kami sekeluarga di saat-saat terakhir kehidupan Etta.
Sakit
stroke yang ia derita sejak awal bulan Mei 2010 lalu mengharuskannya menjalani
masa pensiunnya sebagai pendidik (guru) dengan penuh penderitaan. Namun
dengan kesabaran, beliau bisa menjalani hari-harinya dengan kelumpuhan pada
tubuhnya di bagian kiri hingga ajal menjemputnya. Satu kesyukuran bagi saya
karena bisa berada di tengah-tengah kedua orang tua saat kondisi mereka sudah
lanjut usia. Beberapa foto dan rekaman saat beliau masih hidup khususnya saat
Etta sakit, kini menjadi teman dikala kerinduan melanda kami. Dengan foto dan video
tersebut, kami merasa sangat dekat sekali dengan beliau. Menemani dan merawat
Etta selama masa sakitnya adalah saat penuh suka dan duka yang kini selalu
dikenang oleh kami sekeluarga tatkala rasa rindu kepada Etta datang
menghampiri.
Kini
setahun sudah kepergian beliau dari keluarga kecil kami, Jum'at 08 Oktober 2010
- Sabtu 08 Oktober 2011. Terkadang rasa tidak percaya bahwa Etta telah
meninggal hadir di pikiranku sehingga membuatku berpikir bahwa jangan-jangan
kita semua salah, Etta mungkin masih hidup saat dikubur. Tapi kemudian saya
sadar bahwa pemikiran ini hadir hanya karena didasari proses pembelajaran
tentang keikhlasan menerima kenyataan yang belumlah sempurna. Ya ALLAH.., kami
ikhlas atas kepergian Etta dan senantiasa teriring do'a dari kami (keluarga kecilnya)
untuk keselamatan beliau di alam kubur sana dalam penantiannya menanti hari
akhir tiba. Semoga diberi ketenangan, cahaya terang dan dilapangkan kuburnya,
diberi keselamatan di jembatan shirotal mustaqim, serta semoga Surga Firdaus-Nya adalah tempatnya kelak..., Amiin Allahumma Amiin.
Meski sudah setahun, kami sekeluarga masih dan akan selalu menganggap beliau
hidup. Baik di dalam hati kami maupun di tengah-tengah kami dalam setiap momen
kehidupan. Kehilangan sosok seorang Ayah yang sabar, dan menjadi panutan bagi
keluarga bagaikan kehilangan satu nafas kehidupan dalam hidupku.
ETTA...,
Saya
merindukan nasehat dan pandangan hidup Etta. Saya merindukan suara, canda
dan tawa dari Etta. Saya merindukan untuk berkebun di tanah milik kita Etta.
Saya merindukan untuk dibangunkan menunaikan shalat subuh. Saya merindukan untuk
jalan-jalan pagi, shalat, makan, dan tidur bersama Etta. Saya rindu untuk
mengantar Etta ke sekolah mengajar murid-murid Etta. Saya rindu melihat Etta menjalani setiap hari bersama Ibu.
Saya
merindukanmu ETTA. Istirahatlah dengan tenang, kami selalu rindu dan
selalu berdo'a untuk keselamatan Etta.
Selamat
Jalan Etta...