Akan seperti apa hubungan
kami selanjutnya, mungkinkah jika saya mencoba menyatakan perasaan yang
sebenarnya dia akan merespon/menyambut baik dengan perasaan yang sama? Saya
semakin tidak sabar menanti hari latihan selanjutnya. Semoga sesuai yang
diharapkan. Semoga cintaku di karate (hobbyku) semakin
meningkat serta semoga cintaku di karate (dambaan hatiku) adalah
'dia' yang selama ini selalu terpikirkan. Amin
Petikan kata-kata di atas
merupakan penggalan kisah/cerita dari catatanku sebelumnya "cintaku di
karate" (jilid 1). Hari ini, 12 Februari 2012 kembali terpanggil hati ini
untuk memulai sebuah catatan baru yang inti dari ceritanya sama persis dengan
catatan sebelumnya, namun dalam keadaan yang jauh berbeda.
Senang rasanya ketika
mendapat kesempatan untuk melanjutkan cerita/kisah yang saya alami dan
menorehkannya dalam sebuah catatan. Se-senang hati ini ketika membayangkan
kembali kebersamaan malam itu dengannya. Hangatnya kebersamaan dengannya malam
itu selalu terkenang dalam pikiranku hingga saat ini, terlebih hati ini.
Hmmm... begitu terasa.
Ujian penurunan kyu
semester II/2011 adalah saat yang indah bersama teman-teman karate. Canda dan
tawa melengkapi kebersamaan kami malam itu setelah mengikuti latihan sore itu
(14-01-2012) untuk persiapan ujian besok. Duduk dan membentuk sebuah lingkaran
di tengah lapangan tempat kami mendirikan tenda adalah awal kami memulai
hiburan malam itu. Dengan sebuah gelas plastik, kami pun mulai menyanyikan
sebuah lagu yang durasinya cukup singkat sambil memindahkan gelas plastik itu
dari teman yang satu kepada teman lainnya yang duduk di samping, begitu
seterusnya hingga lagunya berakhir. Saat yang paling seru, mendebarkan sekaligus
lucu yakni saat lagunya hampir selesai dinyanyikan. Betapa tidak, siapapun
peserta yang memegang gelas plastik itu saat lagunya selesai dinyanyikan, maka
dialah yang mendapat kesempatan untuk tampil dan bernyanyi di hadapan
teman-teman lainnya. Heheee...lucu juga malam itu. Permainannya terbilang
sederhana namun cukup mencairkan suasana malam itu yang terkesan kaku.
Jagung bakar buatan
adik-adik peserta ujian melengkapi kebersamaan malam itu sekaligus
menghangatkan suasana dingin saat larut dalam canda. Tanpa terasa waktu kian
berlalu, permainan pun kami akhiri dengan melanjutkan untuk bernyanyi bersama
dengan iringan gitar. Berada di tengah-tengah mereka (peserta ujian) yang masih
duduk di bangku sekolah membuat saya merasa seperti anak sekolahan malam itu.
Hahaha...., senang rasanya menjalani waktu dengan mereka tanpa ada batasan
antara seorang pelatih dan muridnya. Kami betul-betul menyatu saat itu.
Malam mulai larut,
mengharuskan kami mengakhiri kegiatan malam itu untuk kemudaian beristirahat. Belum
puas rasanya, namun harus diakhiri. Hal lain yang membuat saya merasa belum
puas adalah karena belum adanya kesempatan untuk bercerita dengan “dia”.
Hmmmm..., who is “dia”? Dia, yaa..dia.., bukan yang lain! hehe..
Keinginan untuk bercerita
berdua (empat mata) dengan “dia” pun terpenuhi sewaktu teman yang lain mulai
beristirahat. Kesempatan bercerita selama beberapa menit saya manfaatkan sebaik
mungkin bersamanya. Duh.., senangnya malam itu. Kami duduk begitu dekat,
bercerita banyak tentang hal-hal yang kami alami sejak pertemuan di tempat
latihan hingga detik ini. Semua berubah derastis malam itu, mulai dari debar
jantung yang semakin meninggi, helaan nafas yang tidak beraturan, serta
ungkapan kata-kataku yang terkadang sulit dalam penyampaian meski sudah
terpikirkan dengan matang, menjadi pelengkap terciptanya suasana yang indah
malam itu untuk dikenang.
Tidak ada lagi
hambatan/batasan bagi saya malam itu untuk mulai mengutarakan seluruh isi hati
saya selama ini dan hal-hal yang terpikirkan tentang “dia”. Kembali, untuk
kesekian kalinya saya merasa simpati dan jatuh hati terhadap anak murid saya
sendiri. Hmmm..., malu rasanya saat harus menulis catatan ini, tapi tak apalah.
Toh inilah yang saya alami, ini yang saya rasakan, ini caraku untuk menghargai
sebuah perjalanan/proses setiap bagian hidupku, karena inilah kehidupanku. Aku
merasa hidup dan bahagia ketika hal-hal yang terpikirkan dan terasa dalam hati,
bisa saya utarakan dengan baik sehingga terciptalah sebuah cerita indah dalam
hidupku. It’s Me.
Obrolan ringan seputar
karate mengawalai percakapan kami malam itu sebelum akhirnya saya memberanikan
diri untuk mengatakannya. “Dia” pun menyambut baik maksud saya untuk
mengajaknya bercerita berdua tanpa ada rasa khawatir teman-temannya curiga
dengan kedekatan kami. Padahal malam itu ada beberapa temannya yang secara
tidak sengaja melihat kami berdua duduk dan bercerita. Termasuk ibu. Hehee...
Seolah semua sudah diatur,
sayapun memberanikan diri untuk mulai mengatakan isi hatiku kepadanya step
by step. Meski semua sudah terpikirkan dengan matang dan terasa di dalam
hati namun hambatan dalam penyampaian masih saja ada. Keberanianku timbul
karena adanya semangat/hasrat saat berada di dekatnya, sekaligus rasa takut
atau lebih tepatnya deg-deg-an yang juga timbul karena perasaan yang
grogi/nervous saat berada di dekatnya. Dua hal yang tak terpisahkan saat berada
di dekatnya malam itu, menyampaikan semua isi hati ini dengan pola yang tidak
tetap yakni naik turun. Terkadang saya berani dan lancar dalam berkata, namun
disaat yang bersamaan keberanianku menciut saat grogi/nervous menghampiri malam
itu. Hmmmm....., sungguh pengalaman indah untuk dikenang.
Melegakan rasanya setelah
mengatakan apa yang seharusnya saya katakan. Semua terkatakan malam itu.
Tak kurang dan tak lebih, semua sudah kusampaikan padanya. Kebahagiaan
saya bertambah karena dia bersedia mendengar semua ucapan
saya. Iapun balas mengomentari semua perasaan saya malam itu
dengan bahasa sederhana yang saya suka darinya. Meski hasilnya belum sesuai
dengan yang saya harapkan malam itu, namun setidaknya dari tatapan matanya saya
mampu membaca maksud dari hatinya yang sebenarnya. Hanya saja mungkin karena
waktunya belum tepat sehingga dia malu untuk berterus terang. Saya yakin suatu
saat nanti dia akan menyadarinya dan mengatakan apa yang juga dia rasakan
selama ini. InsyaAllah, itu pasti!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar