Rabu, 07 Desember 2011

Cintailah Mereka

Kadang manusia akan mengalami dan melaluinya, dan kadang manusia tak menerima dan merelakannya. Suatu saat kita, bisa mendapat cobaan itu. Coba berpikir dalam bila mendapat cobaan itu.
Olehnya itu, cintailah cinta mereka, sayangilah sayang mereka..., sebagai tanda ketulusan yg diinginkan mereka. Tertawalah lepas dengannya, bernyanyilah indah dengannya.
Kita sama, semua sama, yang tercantik dan sempurna. Dan yang terbaik.


Ada yang bilang, ketika mendengar atau menyaksikan secara langsung suatu peristiwa/kejadian atau apapun itu (positif) lalu kita merasa merinding, itu artinya bahwa kita bisa turut merasakan apa yang kita saksikan atau dengarkan itu. Begitulah yang kini tengah saya rasakan ketika mendengar dan menyaksikan video klip dari Band GIGI - Cintailah Mereka yang bertajuk tentang kepedulian terhadap mereka (anak yatim) yang hingga saat ini masih banyak sekali yang belum tersantuni. Sangat dalam makna dari lagu ini, sehingga berulang kali tangan ini menekan tombol play untuk memainkan kembali lagu ini. Mungkin bukan hanya saya yang merasa tersentuh dengan lirik lagu dari GIGI tersebut, melainkan Anda (sahabat-sahabat) yang juga memiliki hati nurani yang tulus untuk peduli dan memberi sebuah perhatian dengan saudara-saudari kita di luar sana yang mungkin kondisinya tidak sebahagia kita yang memiliki keluarga (orang tua) yang utuh. Yah, anak yatim piatu, itulah mereka. 

Hidup bersama-sama dalam satu tempat/asrama, melakukan aktifitas sehari-hari bersama teman-teman sesama anak yatim piatu lainnya, merupakan kebiasaan mereka. Jauh dari kasih sayang orang tua kandung, jauh dari lingkungan keluarga yang sangat membahagiakan seperti yang kita rasakan. Semua itu adalah cobaan yang harus mereka tanggung. Melihat keadaan mereka yang kehilangan orang tua, akan sulit rasanya bagi saya untuk menjalani seperti yang mereka rasakan. Tapi meringankan beban mereka dengan sebuah kepedulian tentu suatu perbuatan yang mulia.


Tidak banyak yang diharapkan oleh mereka, kecuali perhatian yang tidak mereka miliki seperti yang kita miliki. Apapun itu, sekecil apapun perhatian yang diberikan, akan sangat bermanfaat dan membahagiakan  mereka.

Seperti yang dikutip MediaIndonesia.com (06/12/2011), selasa kemarin merupakan Hari Anak Yatim Nasional yang bertepatan dengan 10 Muharram 1433 H. Puluhan anak-anak melakukan aksi memperingati Hari Anak Yatim Nasional di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, Selasa (6/12/2011). Dalam aksinya, mereka meminta kepada pemerintah untuk menetapkan 10 Muharrom sebagai Hari Anak Yatim secara formal, yang setidaknya telah mengurangi beban kewajiban pemerintah yang diamantkan oleh Undang-Undang Dasar 1945 pasal 34 yang berbunyi fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara.

Dari berita tersebut, dapat kita ketahui bahwa sebenarnya mereka tidak meminta banyak dari pemerintah kecuali sebuah perhatian. Melalui penetapan 10 Muharrom sebagai Hari Anak Yatim Nasional, mereka mencoba mengingatkan pemerintah tentang janji yang mereka buat dalam sebuah UUD 1945. Dengan begitu, diharapkan pemerintah lebih meningkatkan concern terhadap mereka (anak yatim).

Memang ironi dan menyedihkan ketika melihat realita yang terjadi saat ini. Masih banyak sekali anak yatim di luar sana yang belum atau bahkan tidak pernah tersantuni. Tidak salah jika ada anggapan bahwa "anak terlantar itu dipelihara oleh negara, makanya hampir setiap sudut kota selalu kita temukan anak terlantar usia sekolah yang bertarung menjalani kehidupan mereka di persimpangan jalan dengan bekerja". Hal yang seharusnya tidak perlu terjadi jika pemerintah lebih memperhatikan perhatian mereka terhadap anak-anak terlantar tersebut. Itu baru yang terjadi di kota besar yang sangat sering kita lihat sehari-hari dan sangat mungkin untuk disantuni, tapi bagaimana dengan mereka yang keberadaannya (di pelosok negeri) jauh dari keadaan yang memungkinkan untuk mendapat santunan?

Ketimbang menunggu perhatian dari pemerintah yang entah kapan dan entah kenapa tidak fokus, sangat baik dan wajib bagi kita (khususnya saya) untuk segera turut serta dengan sebuah tindakan  real dalam memberi sebuah perhatian bagi mereka. Banyak cara yang bisa kita lakukan dan tentu sahabat semua tahu. Kembali lagi ke persoalan hati nurani. Tumbuhkan kepedulian kita kepada mereka. Karena kita semua sama.

Saatnya mengakhiri perhatian yang tertuang dalam catatan dari seseorang yang prihatin dengan kondisi saudara-saudari kita yang menjalani kehidupan mereka sebagai yatim piatu. Memulai dengan tindakan akan lebih baik. Semoga Anda yang membaca note ini juga merasakan hal yang sama dan tergerak hati dan fisiknya untuk peduli. Saya yakin itu!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar