Jika kita
dilahirkan dalam keadaan miskin, sudah dapat dipastikan kita berasal dari orang tua yang miskin, tinggal di
perkampungan kumuh, bertetangga dengan orang miskin, dan kebanyakan saudara kita miskin. Karena miskin, kita tidak punya kesempatan sekolah. Kalaupun sekolah hanya SD atau paling banter SMP. Dengan
pendidikan yang rendah, apa yang bisa
kita lakukan? Akhirnya kita bekerja serabutan, apa adanya, asal bisa makan.
Keterampilan yang apa adanya ditambah dengan keadaan yang
terpaksa, akhirnya membuat kita mau saja menerima bayaran sesuai kerelaan atau
belas kasihan mereka yang butuh jasa kita.
Begitu banyak orang yang seperti itu, bekerja tidak setiap hari. Dengan uang yang pas-pasan,
makan sangat "diatur"; artinya pagi
makan, siang belum tentu, atau sebaliknya lebih banyak puasa atau makan seadanya. Asupan makanan jauh dari bergizi karena sekadar mengisi perut. Akibatnya mereka kurang gizi, lemah, dan sakit-sakitan. Kalau sakit tidak punya uang, akhirnya
banyak pula
yang mati muda tanpa pernah menikmati senangnya
kehidupan.
Ada puluhan juta orang miskin di negeri kita yang tercinta ini. Saudara kita yang kebetulan tidak mendapat kesempatan dan
mendapatkan ujian dengan menjadi orang susah. Allah memang menciptakan manusia, ada yang kaya untuk membantu yang miskin, dan ada yang miskin agar orang kaya bersyukur serta tergerak hatinya untuk membantu.
Kemiskinan menjadi terstruktur jika suatu negara membiarkan korupsi merajalela. Uang negara yang diperuntukan bagi rakyat miskin agar mereka sejahtera malah dimakan oleh pejabat untuk menyejahterakan dirinya sendiri. Banyak anggaran dipersiapkan
untuk membantu orang miskin yang berbentuk cash Bantuan Langsung Tunai
(BLT).
Ini cukup membantu jika langsung diterima oleh si miskin "tanpa
potongan". Pembagian beras miskin lewat lurah juga sangat membantu jika tidak
dijual ke pihak yang tidak berhak dengan harga yang lebih tinggi demi mendapat keuntungan. Rakyat yang terkena bencana atau tinggal
di daerah terpencil akan sangat terbantu jika dibangun akses jalan dan
fasilitas penunjang. Ini dimaksudkan agar masyarakat mampu mandiri dan menjual hasli buminya.
Sayangnya mutu jalan dan infrastruktur dikorupsi sehingga sering
sekali jalan
baru dibangun sudah rusak.
Kenapa ada manusia yang tega memakan manusia lainnya? Mereka memenuhi perut sendiri dan perut anak istrinya dengan uang haram? Mereka membuat diri mereka kaya, tapi membuat orang lain semakin miskin.
Banyak contoh di mana pejabat yang meninjau daerah bencana malah merepotkan. Apalagi jika ia adalah orang penting dari pusat. Anggaran
malah habis untuk mempersiapakan kedatangannya. Aparat lokal dipersiapkan untuk menyambutnya dan berebut cari muka. Pejabatnya pun
mungkin akan marah jika yang menyambut kedatangannya hanya sedikit.
Belum lagi makanan yang akan dimakan si pejabat haruslah
istimewa dan banyak. Apalagi kalau si pejabat membawa rombongan ajudan , istri, dan keluarganya. Kok menengok bencana malahan menjadi merepotkan?
Bukankah sebaiknya berikan saja doa restu dan audit pengunaan
anggaran untuk menuntaskan kemiskinan dan menanggulangi bencana dengan
baik?
Untuk mendapatkan BLT, Raskin (Beras Miskin), Jamkesmin
(Jaminan Kesehatan Miskin), semuanya harus dicap miskin. Ada pengantar dari
kelurahan untuk menyatakan bahwa kita miskin. Kalau perlu diberi seragam atau cap yang membedakan kasta
kita adalah kasta miskin proletar yang berhak dapat bantuan. Di kelurahan sendiri juga rawan korupsi. Banyak kartu miskin malah diberikan kepada mereka yang tidak miskin. Apakah mereka
ini sudah sedemikian rusak mentalnya dan tidak punya harga diri sehingga tidak malu mengaku
miskin agar dapat bantuan dari pemerintah?
Kalau untuk mendapatkan BLT sontak pejabat desa, kecamatan, dan kabupaten berlomba-lomba mendata sebanyak mungkin
warganya yang miskin. Bahkan, banyak data yang
fiktif, ada data tapi orangnya sudah meninggal. Tapi, jika untuk laporan kemajuan desa, data yang dikeluarkan lain lagi. Pokoknya yang menggambarkan bagimana hebatnya aparat birokrat mengelola daerahnya. Dengan data dan laporan
yang bagus, akan keluar lagi kucuran dana untuk program lainnya. Rakyat masih
dijadikan alat untuk kepentingan para birokrat, belum diperlakukan dengan benar
untuk mengangkat derajatnya agar mereka sejahtera.
Kalau rakyat masih mau dijadikan komoditas politik
kepentingan para penguasa, dan mau dijadikan objek kemiskinan, mereka akan berkubang dalam lumpur
kemiskinan. Cara berpikirnya adalah
miskin, meminta-minta, dan mengggantungkan hidupnya pada orang lain. Jika birokrat masih menjadikan rakyat hanya
sebagai alat untuk mendapatkan tambahan anggaran yang peruntukannya tidak
sesuai dengan alokasi anggaran, akan terciptalah mental penguasa yang bobrok. Merekalah yang sebenarnya miskin. Ya.., miskin kasih sayang,
miskin moral, dan miskin belas
kasihan kepada`rakyat yang seharusnya mereka lindungi.
Kita harus memerangi keadaan seperti ini agar jangan
sampai orang miskin tetap miskin. Orang miskin
hanya dianggap sebagai angka; yang semakin
besar jumlahnya semakin banyak bantuan yang diberikan. Sudah saatnya kita semua
memperjuangkan suatu negara yang makmur,
merdeka, sejahtera, di mana rakyatnya mempunyai harga diri dan semangat untuk
mandiri. Masyarakat yang malu untuk meminta-minta dan berjuang untuk hidup secara bermartabat.
Sedih rasanya dalam bulan puasa kemarin misalnya,
kita melihat bagaimana rakyat miskin yang memang biasa tidak
makan malahan tidak puasa. Mereka di bulan suci tersebut malah berjejer di jalan, lengkap dengan anak-istri, bahkan membawa bayi sambil menadahkan tangannya merengek untuk meminta belas kasih para pengguna jalan. Manusia gerobak semakin
hari
semakin banyak saja berjejer di pinggir-pinggir jalan besar. Rasanya mustahil jika tidak ada yang
mengorganisir. Begitu banyak gerobak itu mungkin ada juragan gerobak yang
mengambil keuntungan dengan menyewakannya.
Seorang miskin mungkin menjadi putus asa dan tidak percaya
lagi kepada Allah. Mereka mencari kasih sayang Allah sepanjang hidupnya, namun belum menemukannya dalam bentuk kesejahteraan. Rawan sekali jika kita
membiarkan saudara kita tersebut semakin banyak saja yang bertambah miskin. Mereka nantinya bukan saja miskin
harta, tapi juga miskin iman. Bisa tidak percaya lagi kepada kasih sayang Allah.
Bahkan, dikhawatirkan—demi mengejar
kebutuhan perut—mereka akan terperosok ke dalam perbuatan yang tidak bermartabat, seperti minta-minta dan bahkan berbuat kriminal. Seperti banyak yang terjadi di jalan-jalan protokol di Makassar. Bayangkan jika begitu banyak saudara kita yang
miskin, ini juga akan membahayakan kita yang dianggap mampu tapi tidak mau
membantu. Kemungkinan ada kecemburuan sosial dan kalau ada kejadian yang tidak
diinginkan mereka akan gelap mata.
Jadi, jangan berbahagia
apalagi tidak peduli terhadap orang miskin. Kita semua (tak terkecuali saya) yang hidupnya sudah berkecukupan harus membantu mereka. Seberapapun bantuan kita, akan sangat bernilai bagi mereka.
Ada puluhan juta orang miskin di negeri kita yang tercinta ini. Saudara kita yang kebetulan tidak mendapat kesempatan dan
mendapatkan ujian dengan menjadi orang susah. Allah memang menciptakan manusia, ada yang kaya untuk membantu yang miskin, dan ada yang miskin agar orang kaya bersyukur serta tergerak hatinya untuk membantu.
- Semoga Bermanfaat